Warung Kopi Tak Pernah Sepi Di Aceh

Posted by BLOG DOLAN JOGJA (baca: MAEN DI JOGJA)




Tahukah Anda, kalau di Aceh, banyak sekali warung kopi beredar. Hampir di setiap sudut desa hingga perkotaan di Aceh terdapat warung kopi.

Memang sudah menjadi kebiasaan bagi warga di sana menikmati secangkir kopi. Selain menyediakan kopi, warung kopi di Serambi Mekkah juga menyediakan sejumlah fasilitas, seperti wifi dan layar lebar untuk menonton sepakbola.

Pengungjungnya pun beragam, mulai dari mahasiswa, birokrat, petani, pebisnis, hingga anggota dewan suka menghabiskan waktu di kedai kopi. Tak hanya untuk sekadar santai dan menikmati kopi, warung kopi di sana bahkan dijadikan tempat berbisnis, mengadakan rapat, berjumpa klien, dan lain sebagainya.

Sementara itu, bagi yang mahasiswa, warung kopi biasanya dijadikan tempat berdiskusi, membuat tugas, atau hanya sekadar memanfaatkan jaringan internet gratis bermain media sosial sambil ngopi.

Kebiasaaan warga Aceh menyeruput kopi, menjadikan warung kopi sebagai salah satu tempat yang tidak pernah sepi. Kopi-kopi tradisional biasa, hingga kopi modern seperti ekspresso, tersedia di berbagai warung kopi di Aceh.

“Selain menikmati secangkir kopi, di sini kita juga bisa mendapatkan berbagai informasi, bertemu teman-teman dan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan ringan sambil nyantai,” ujar Darmadi Ridhwan, salah seorang pekerja Lembaga Sosial Masyarakat di Aceh, kepadaVIVAlife, Kamis 8 Januari 2015.

Kata dia, hampir semua warung kopi di Aceh buka 24 jam. Jenis kopi yang paling banyak dinikmati warga Aceh, adalah Ulee Kareng. Kopi ini menjadi salah satu kopi yang sangat dikenal bahkan hingga keluar Aceh.

Kopi ini mulai dikenal tahun 1960, Ulee Kareng menjadi salah satu bubuk kopi lokal yang sangat disukai dan terkenal di Aceh. Bubuk kopi Ulee Kareng, memiliki rasa yang nikmat yang mencirikan cita rasa khas Aceh.

Rasa khas tersebut, yang kemudian menjadi Ulee Kareng menjadi kopi yang dikenal ke mancanegara. Ulee Kareng secara modern dan tradisional. Rasa alami 100 persen kopi asli tersaji di dalamnya. Itu pula yang membuat banyak warung kopi, restoran hingga hotel menyediakan kopi Ulee Kareng.

Quote:Duta Kopi Gayo

Bener Meriah, atau Gayo, dan Takengon adalah salah satu sentral produksi tanaman kopi di Aceh. Di Gayo, juga ada Duta Kopi Gayo yang dipilih dan bertugas untuk mempromosikan kopi daerah tersebut ke masyarakat dan pasar-pasar, baik lokal maupun dunia.

“Duta Kopi Gayo ini diselenggarakan oleh Ikatan Beru Bujang Gayo Bener Meriah. Kegiatannya membantu pemerintah untuk mengenalkan kopi ke orang-orang yang ingin tahu tentang kopi,” ujar Rezka Kenara Bintang Putra, Duta Kopi Gayo 2015.
Kata dia, agar terpilih sebagai duta, para calon duta harus mengajukan sebuah program tentang kopi. Ia sendiri, lanjutnya mengajukan sebuah program ‘Wisata Panen Kopi’ di wilayah Bener Meriah dan Aceh Tengah.

Menurut Kenara, selain bisa menikmati wisata panen kopi, kabupaten yang berada di bagian tengah Aceh juga menyuguhkan sejumlah pemandangan asyik. “Kita bisa menikmati keindahan gunung berapi, air panas, dan juga air terjun di Gayo,” kata dia.

Gayo sendiri memproduksikan dua jenis kopi, Arabika dan Robusta. Hampir 80 persen kebun kopi di sana merupakan kebun kopi jenis Arabika. Produksi dari wilayah tengah Aceh tersebut, sudah sangat dikenal di Asia Tenggara, bahkan hingga Amerika, dan Eropa.
“Kopi Arabikanya adalah arabika spesial. Skornya 80 - 90 untuk tes cita rasa. Di Bener Meriah, per gelasnya dijual Rp10 ribu sampai Rp20 ribu. Kalau dalam bentuk bubuk, R 250 ribu,” kata mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Unsyiah ini.

Sama halnya dengan Kenara, Wanda Ramadhana, Wakil 2 Duta Kopi Gayo 2015, juga mengatakan hal yang sama. Katanya, kopi Gayo saat ini sudah bisa bersaing dengan banyak negara peghasil kopi lain.

“Kopi gayo sudah mampu mendunia. Kopi gayo sudah mampu bersaing dengan kopi-kopi ternikmat dunia, seperti kopi Brasil dan Columbia. Proses perawatanya juga dilakukan dengan sistem organik, sehingga menambah kualitas kopi.”

Related Post



Posting Komentar